Senin, 29 Februari 2016

Makalah Pengelolaan Kelas, By Fuad Fadil, S.Pd


Pada kesempatan ini, saya akan memposting tugas makalah saya untuk Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. Buat teman-teman yang mau mengambil sebagai referensi silahkan, namun mohon follow atau tinggalkan pesan. Selamat belajar.

===========================================================



MAKALAH
PENGELOLAAN KELAS

Dosen Pengampu
Khusnul Wardan, M.Pd





Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan
Oleh
 Fuad Fadil, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SANGATTA
2016







================================================================



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Persyaratan utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien ialah tersedianya guru atau dosen (pendidik) yang mampu memenuhi pengelolaan kelas yang efektif. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang komplek, dan pendidik harus mampu menciptakan kondisi kelas yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berjaan dengan baik dan bermutu. Kualitas proses dan hasil pembelajaran ditentukan di kelas, untuk mencapai hasil pembelajaranyang optimal diperlukan guru atau dosen yang mampu mengatur atau mengelola kelas.
Menurut, Iskandar (2009)[1], pengelolaan kelas dilakukan dalam rangka meningkatkan kegiatan pembelajaran, meningkatkan prestasi siswa dalam belajar, menerapkan pendekatan belajar yang kreatif, variatif, dan inovatif, menjalin interaksi antara guru dengan peserta didik, dan membuat kontrak belajar dengan peserta didik.

B.       Identifikasi Masalah
1.      Mengidentifikasi pengelolaan kelas
2.      Mengidentifikasi asalah-masalah yang dihadapi di dalam kelas
3.      Mengidentifikasi pemusatan perhatian pada tingkah laku positif
4.      Mengidentifikasi peraturan dan tingkah laku di dalam kelas
5.      Mengidentifikasi kedisiplinan


C.      Rumusan Masalah
1.      Hal-hal apa sajakah yang diperhatikan dalam pengelolaan kelas?
2.      Apakah masalah yang sering dihadapi dalam pengelolaan kelas?
3.      Bagaimanakah upaya dalam meningkatkan pemusatan perhatian pada tingkah laku positif?
4.      Bagaimanakah pengaruh peraturan terhadap tingkah laku di dalama kelas?
5.      Bagaimanakah upaya mencapai kedisiplinan yang baik?


 ===================================================================
  

BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Pembahasan
1.        Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995) dalam Mts An-Nur Tempo[2] menyatakan pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapanbahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
2.        Pentingnya pengelolaan kelas
Menurut Evertson dalam John (2009)[3], Manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan anak-anak belajar. Para ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan tetang cara terbaik mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan perbuatan dan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih mengfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubugan dan kesempatan untuk meregulasi diri. Tren terbaru saat ini dalam pengelolaan kelas menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa kearah disiplin diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Menurut sejarah manajemen kelas, guru dianggap sebagai pemimpin. Namun, dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru dianggap sebagai pembimbing, koordinator, dan fasilitator (Kaufman dalam John, 2009)[4].
3.        Memusatkan perhatian pada tingkah laku positif
Anak-anak maupun dewasa mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara berlebihan. Kendati demikian, saat mereka berhasil memusatkan perhatian pada suatu hal, maka perhatian itu denga segera buyar kembali. Selain itu, gangguan pemusatan perhatian seriing ditandai dengan sikap selalu menyendiri, pendiam dan tidak menimbulkan keributan. Para penderitan semacam ini mungkin bias terus naik kelas tanpa perlu mendapatkan bimbingan khusus.
Menurut Derek (2007)[5], jika mengamati keseluruhan penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) pada diri anak-anak, sebagian besar diderita anak laki-laki gangguan sering diikuti dengan sikap hiperaktif. Gejala yang ditimbulkan hal semacam ini berupa misalnya gemar berperilaku sesuka hati, berlari-larian di jalan raya, melompat-lompat di atas sofa hingga hampir pingsan kehausan, tidak sanggup duduk tenang, berteriak-teriak dan memotong pembicaraan.
Dalam diri orang dewasa, tindakan hiperaktif sering tampak dalam wujud kegugupan  dan kegelisahan. Namun , masalah yang berkaitan dengan perhatian dan konsentrasi ini, terus berlanjut hingga mereka dewasa. Di tempat kerja, orang dewasa penderita ADHD sering mengalami yang berkaitan dengan penyusunan tugas dan penyelesaian pekerjaan. Mereka seolah-olah tidak mendengarkan atau tidak bersedika menikuti pengarahan. Pekerjaan mereka terlihat kacau dan terbengkalai.
Kesulitan dalam memusatkan  perhatian, baik yang disertai dengan sikap hiperaktif ataupun tidak, dianggap sebagai kesulitan belajar. Kendati demikian, kesulitan dalam memusatkan perhatian dapat mempengaruhi performa akademis seseorang secara serius, dimana gangguan ini kerap menyertai kelemahan dalam kemampuan akademis.
4.        Strategi meningkatkan waktu belajar akademis
Menurut Weinstein dalam John (2009)[6], strategi untuk meningkatkan waktu belajar akademis meliputi mempertahankan alur aktivitas, meminimalisir waktu transisi, dan membuat siswa-siwa bertanggung jawab.
a.         Mempertahankan alur aktivitas.
Dalam analisis kelas, perlu mempelajari kemampuan guru untuk mengawali dan mempertahankanalur aktivitas, kemudian mencari hubungan antara alur aktivitas dengan keterlibatan dan perilaku buruk siswa. Beberapa pengelolaan kelas yang tidak efektif memgakhiri sebuah aktivitas. Pengelolaan yang tidak efektif lainnya terganggu oleh peristiwa kecil yang tidak membutuhkan perhatianketika melakukan aktivitas.
b.        Meminimalisir waktu transisi.
Dalam transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lain, ada lebih banyak ruang untuk munculnya perilaku yang mengganggu. Guru bias mengurangi potensi gangguan ketika transisi berlangsung dengan mempersiapkan siswa terhadap transisi yang akan terjadi, menetapkan rutinitas transisi, dan dengan jelas mendefinisikan batas-batas pelajaran.
c.         Membuat siswa-siswa bertanggungg jawab.
Apabila siswa tahu mereka akan diminta untuk bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, kemungkinan besar mereka akan memanfaatkan waktu di kelas dengan baik. Komunikasi yang jelas mengenai tugas persyaratan dan persyaratan, mendorong siswa untuk bertanggung jawab. Jelaskan kepada siswa apa yang akan mereka lakukan dan mengapa, berapa lama mereka akan melakukan aktivitas itu, cara mendapatkan bantuan bila mereka membutuhkannya, dan apa yang harus mereka lakukan ketika mereka selesai.

5.        Peraturan dan tingkah laku di dalam kelas
Berikut ini kita analisis beberapa jenis alat pendidikan (Uyoh, 2010)[7], seperti pembiasaan, pengawasan, perintah, larangan dan hukuman:
a.         Pembiasaan
Anak dapat mentaati peraturan-peraturan dengan jalan membiasakan perbuatan-perbuatan baik, dirumah dalam lingkungan keluarga, maupun di lingkungan sekolah. Pembiasaan yang baikpenting bagi pembentukan watak anak, dan akan berpengaruh bagi perkembangan anak selanjutnya. Menanamkan pada diri anak memang tidak mudah, dan memerlukan waktu lama dan menuntut kesabaran pendidik.
b.        Pengawasan
Pengawasan harus sesuai dengan taraf usia anak yang masih kecil tentu membutuhkan pengawasan. Makin besar anak maka pengawasan semakin berkurang, yang pada akhirnya kalua anak sudah dewasa maka ia akan mengawasi dirinya sendiri.
c.         Perintah
Suatu perintah akan ditaati anak, apabila pendidik (orang tua dirumah, guru di sekolah) itu sendiri tindakannya tidak bertentangan dengan apa yang diperintahkannya. Jadi pendidik harus terlebih dahulu memerapkan aturan-aturan yang diperintahkan kepada anak didiknya.
d.        Larangan
Larangan harus diberikan dengan singkat, jelas dimengerti isi dan maksud larangan tersebut. Jangan terlalu sering menggunakan larangan. Dan bagi anak kecil, larangan dapat dialihkan kepada suatu yang lain, yang menarik perhatian dan minat anak.
e.         Hukuman
Hukuman merupakan suatu yang wajar apabila penderitaan yang menyertainya memberikan pengaruh positif bagi perkembangan moral anak, keinsafan terhadap moralitas dan kerelaannya untuk berbuat sesuai dengan moralitas tersebut.
6.        Program khusus untuk pengelolaan kelas
a.        Prosedur Pengelolaan Kelas
Dalam pengelolaan kelas harus dilaksanakan dengan prosedur tertentu, yang mana prosedur ini merupakan langkah yang dilalui guru dalam kegiatan belajar mengajar, paling tidak akan mengarahkan proses pengelolaan kelas yang lebih terarah dan teratur. Untuk itu terdapat dua prosedur pengelolaan kelas, yaitu prosedur bersifat Preventif (pencegahan), dan prosedur yang bersifat Kuratif (penyembuhan) (Ainatul, 2014)[8].
1)          Prosedur Preventif (pencegahan)
Merupakan mencegah suatu tindakan sebelum adanya penyimpangan khususnya didalam kelas agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Menurut Ainatul (2014)[9] prosedurnya antara lain:
a)        Peningkatan kesadaran diri sebagai guru, sehingga guru dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar dalam melaksanakan tugasnya.
b)        Peningkatan kesadaran pada siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan kesadaran serta dapat menghindarkan diri peserta didik dari sikap yang tidak terpuji, seperti sikap malas, sikap mudah putus asa, mudah ,marah, mudah kecewa, mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Selain itu, guru juga sebaiknya memperhatikan kebutuhan, keinginan dan memberikan dorongan pada siswanya, menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan siswa.
c)        Sikap polos dan tulus dari guru, sehingga guru dapat mempengaruhi lingkungan belajar siswa. Karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh para siswa.
d)        Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan. Sebaiknya guru dapat mengidentifikasi tingkah laku siswa yang menyimpang baik bersifat individual maupun kelompok, atau bahkan penyimpangan yang disengaja. Dan juga guru sebaiknya belajar dari berbagai pengalaman guru-guru lainnya yang gagal ataupu  yang berhasil, untuk mencari alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai persoalan pengelolaan kelas.
e)        Menciptakan kontrak sosial. Yaitu sebuah daftar aturan atau kontrak, tata tertib beserta sanksinya yang mengatur kehidupan di kelas yang mana harus disetujui oleh guru dan siswa.
2)          Prosedur Kuratif (Penyembuhan)
             Merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-Iarut dan mengembalikannya dalam kondisi yang mengunt  ungkan bagi berlangsungnya proses belajar.
Adapun langkah-langkahnya Kuratif, Anatul (2014)[10] menjelaskan sebagai berikut:
a)        Mengidentifikasi masalah, gunanya untuk mengenal dan mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas.
b)        Menganalisis masalah, guru menganalisis penyimpangan siswa dan menyimpulkanlatar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan, selanjutnya menentukan alternatif penanggulangannya.
c)        Menilai alternatif pemecahaan, guru menilai alternatif pemecahan yang sesuai, kemudian memilih alternatif pemecahan yang dianggap sudah tepat serta melaksanakannya.
d)        Mendapatkan balikan, guru melakukan kilas balik agar  alternatif pemecahan yang dipilih tadi sesuai target yang sudah direncanakan. Dengan cara guru membentuk pertemuan dengan peserta didiknya untuk perbaikan dan kepentingan siswa dan sekolah, semata-mata untuk kepentingan bersama.
e)        prosedur kelas harus dimonitor dengan baik. Guru juga harus berespons kepada hampir setiap penyimpangan peraturan atau prosedur. Ketika guru mengumumkan bahwa kelas atas siswa individu tidak benar mengikuti prosedur, pendekatan terbaik adalah untuk meminta siwa menetapkan prosedur yang benar dan kemudian mempraktikkannya.

b.        Teknik pengelolaan kelas
Azhar (2002)[11] mendeskripsikan bahwa teknik mengelola kelas adalah teknik dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar-mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai teknik ini agar dapat :
1)          Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku sesuai dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung
2)          Menyadari kebutuhan siswa serta
3)          Memberikan respon tang efektif terhadap perilaku siswa.
Adapun tehnik-tehniknya sebagai berikut:
1)          Tehnik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya.
2)          Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat kenakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3)          Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4)          Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan  cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5)          Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
Dalam pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan: pengorganisasian kelas, melakukan kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan pembelajarannya.
1)          Pengorganisasian kelas, antara lain:
a)          Mengatur tempat duduk, sehingga memudahkan siswa memandang ataupun berpindah.
b)          Membuat jadwal harian dan mendiskusikannya.
c)          Siswa diberi janji sampai guru memaparkan secara jelas kegiatan yang akan datang.
d)          Mendorong siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar untuk tidak mengerjakan tugas-tugas siswa lainnya.
e)          Menetapkan kegiatan rutin untuk mengumpulkan pekerjaan rumah
f)         Melakukan kompetisi kelompok untung merangsang transisi yang lebih banyak lagi.
2)          Kegiatan komunikasi
Dalam kegiatan komunikasi ini dapat berupa Sending skills, keterampilan-keterampilan yang disampaikan kepada siswa, seperti: melakukan perjanjian dengan segera, berbicara langsung dengan siswa, berbicara dengan santun. Dan juga dapat berupa Receiving skills, bentuk keterampilan yang diterimakan kepada siswa yang terdiri dari tidak menilai apa yang didengar tetapi bersifat empatik, agar membuat pendengar jelas upayakan aktif dan reflektif dalam mendengar, lakukan tatap muka dan selalu memperhatikan informasi nonverbal, sarankan kepemimpinan yang kuat dengan menggunakan gesture, ekspresi wajah dan gerakan badan.
3)          Kegiatan monitoring
a)          Tangani secara tenang dan cepat apabila terdapat perilaku siswa yang mengganggu di kelas.
b)          Ingatkan kembali kepada siswa tentang prosedur dan aturan kelas.
c)          Ciptakan agar siswa patuh terhadap prosedur dan aturan kelas.
d)          Berikan penjelasan terhadap siswa bahwa akibat gangguan tersebut akan mendapatkan konsekuensi khusus.
e)          Lakukan konsekuensi untuk kelainan perilaku siswa secara konsisten.
f)         Adakalanya terdapat satu atau dua siswa yang mengganggu kelas, upayakan siswa lainnya tetap fokus terhadap tugas.
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru biasanya melibatkan siswa dalam menilai pekerjaannya maupun kegiatan pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan waktu untuk berpikir sebelum disuruh menjawab, serta memberikan semangat, ciptakan antisipasi dan lakukan berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan motivasi siswa.
7.        Penyusunan Ruang Kelas Standar
Menurut Renne dalam John (2009)[12] penyusunan ruang standar sebagai berikut:
Pada gambar 1 menunjukkan sejumlah gaya penyusunan kelas Auditorium, off-set, seminar dan kelompok. Dalam gaya auditorium yang tradisional, semua siswa duduk menghadap guru (lihat gambar 1.A). Susunan ini mencegah kontak siswa secara behadap-hadapan dan guru bebas bergerak ke mana pun di dalam ruangan. Gaya Auditorium sering digunakan ketika guru memberi kuliah atau seorang mengadakan presentasi untuk seluruh kelas.

Gambar 1. Variasi susunan tempat duduk kelas



Dalam gaya berhadap-hadapan, siswa duduk menghadap satu sama lain (lihat gambar 1.B). gangguan dari siswa lain lebih tinggi dalam susunan inidari pada gaya auditorium.
Dalam gaya off-set, siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk disekitar meja, tetapi tidak duduk sembarangan secara langsung dari satu sama lain (lihat gambar 1.C). Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan dari pada gaya berhadap-hadapan dan bias efektif untuk belajar yang kooperatif.
Dalam gaya seminar, siswa dalam jumlah besar(sepuluh atau lebih)duduk dalam susunan sirkuler, segi empat atau berbentuk U (lihat gambar 1.D). Ini sangat efektif jika menginginkan para siswa untuk berbicara satu sama lain atau berbincang dengan guru.
Dalam gaya kelompok, siswa dalam jumlah kecil(biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan (lihat gambar 1.E). Susunan inisangat efektif untuk aktivitas belajar yang kolaboratif.

B.       Analisa Masalah
Variasi susunan tempat duduk kelas, sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan susunan tersebut interaksi siswa satu dengan siswa yang lain, atau siswa dengan guru dapat terjalin dengan baik sesuai dengan indikator yang ingin dicapaiannya. Pengaturan waktu pencapaiannya pun lebih maksimal.
Berbeda halnya ketika variasi susunan tempat duduk kelas tidak sesuai dengan indikator yang dibutuhkan. Selain pencapaiannya tidak maksimal juga akan menguras waktu lebih  banyak.
Beberapa kelas masih mempertahankan variasi susunan tempat duduk kelas yang tidak sesuai tersebut. Hal itu dikarenakan beberapa faktor antara lain:
1.        Ruang kelas yang digunakan terbatas.
2.        Fasilitas kelas yang kurang memadai, misalnya kurang bangku.
3.        Siswa berkebutuhan khusus tidak memungkinkan melakukan variasi susunan tempat duduk kelas.
4.        Sifat kurang peduli untuk mengatur susunan tempat duduk kelas.
Dari ke empat masalah tersebut di atas, poin ke empat paling sering terjadi di lingkungan kelas. Kurangnya pemahaman akan manfaatnya menjadi kendala utama hal tersebut.
Selain hal tersebut di atas, permasalahan yang terjadi terkait pengelolaan kelas ialah kedisiplinan. Banyak diantara pelajar maupun pengajar mengabaikan pentingnya kedisiplinan. Padahal dengan kedisiplinan dapat membantu pencapaian indikator secara maksimal menurut alokasi waktu yang telah ditentukan.



 ================================================================


BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan tentang kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawasan tentang materi yang akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

B.       Saran / Rekomendasi
Pengelolaan kelas sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan baik metode pembelajaran, kedisiplinan dalam alokasi waktu dan variasi susunan tempat duduk kelas. Hal ini sangat penting untuk pencapaian indikator pembelajaran secara maksimal, efektif dan efisien




DAFTAR RUJUKAN

Ahmad dalam Mts. An-Nur. 2013. Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran. dalam http://mtsannurtempo.blogspot.co.id/2013/06/pentingnya-pengelolaan-kelas-dalam_30.html
Ainantul Mahbubah. 2014. Prosedur dan Teknik Pengelolaan Kelas. dalam http://ainiatul93.blogspot.co.id/2014/06/prosedur-dan-teknik-pengelolaan-kelas.html
Arsyad Azhar M.A. Dr. Prof. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Derek Wood, dkk. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta: Kata Hati.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jambi, Gaung Persada.
John W. Santrock. 2009. Educational Psychology dalam terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.
Uyoh Sadulloh, dkk. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.


[1] Iskandar, “Psikologi pendidikan sebuah orientasi baru”, (Jambi, GaungPersada: 2009) hlm.210.
[2] Ahmad (1995) dalam Mts. An-Nur, “Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran”, dalam http://mtsannurtempo.blogspot.co.id/2013/06/pentingnya-pengelolaan-kelas-dalam_30.html
[3] John W. Santrock, “Educational Psychology” dalam terjemahan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm 251.
[4] Ibid.
[5] Derek Wood, dkk., “Kiat Mengatasi Gangguan Belajar”, (Yogyakarta: Kata Hati, 2007), hlm.75
[6] John W. Santrock, “Educational Psychology” dalam terjemahan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm 256.
[7] Uyoh Sadulloh, dkk, “Pedagogik (Ilmu Mendidik)”, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.120
[8] Ainatul, “Prosedur Teknik Pengelolaan Kelas” dalam http://ainiatul93.blogspot.co.id/2014/06/prosedur-dan-teknik-pengelolaan-kelas.html diakses 21 Februari 2016
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Azhar Arsyad, “Media Pembelajaran” (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), hlm. 29.
[12] John W. Santrock, “Educational Psychology” dalam terjemahan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm 261.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar