Pada kesempatan ini, saya akan memposting tugas makalah saya untuk Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. Buat teman-teman yang mau mengambil sebagai referensi silahkan, namun mohon follow atau tinggalkan pesan. Selamat belajar.
===========================================================
MAKALAH
PENGELOLAAN KELAS
Dosen Pengampu
Khusnul Wardan, M.Pd
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan
Oleh
Fuad Fadil, S.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SANGATTA
2016
================================================================
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Persyaratan
utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien ialah tersedianya guru atau dosen (pendidik) yang mampu memenuhi
pengelolaan kelas yang efektif. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah
laku yang komplek, dan pendidik harus mampu menciptakan kondisi kelas yang
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berjaan dengan baik dan
bermutu. Kualitas proses dan hasil pembelajaran ditentukan di kelas, untuk
mencapai hasil pembelajaranyang optimal diperlukan guru atau dosen yang mampu
mengatur atau mengelola kelas.
Menurut,
Iskandar (2009)[1],
pengelolaan kelas dilakukan dalam rangka meningkatkan kegiatan pembelajaran,
meningkatkan prestasi siswa dalam belajar, menerapkan pendekatan belajar yang
kreatif, variatif, dan inovatif, menjalin interaksi antara guru dengan peserta
didik, dan membuat kontrak belajar dengan peserta didik.
B. Identifikasi
Masalah
1. Mengidentifikasi
pengelolaan kelas
2. Mengidentifikasi
asalah-masalah yang dihadapi di dalam kelas
3. Mengidentifikasi
pemusatan perhatian pada tingkah laku positif
4. Mengidentifikasi
peraturan dan tingkah laku di dalam kelas
5. Mengidentifikasi
kedisiplinan
C. Rumusan
Masalah
1. Hal-hal apa
sajakah yang diperhatikan dalam pengelolaan kelas?
2. Apakah
masalah yang sering dihadapi dalam pengelolaan kelas?
3. Bagaimanakah
upaya dalam meningkatkan pemusatan perhatian pada tingkah laku positif?
4. Bagaimanakah
pengaruh peraturan terhadap tingkah laku di dalama kelas?
5. Bagaimanakah
upaya mencapai kedisiplinan yang baik?
===================================================================
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembahasan
1.
Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995) dalam Mts An-Nur Tempo[2]
menyatakan pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara
sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapanbahan belajar, penyiapan
sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi
proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
2.
Pentingnya pengelolaan kelas
Menurut Evertson
dalam John (2009)[3],
Manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan anak-anak belajar. Para
ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan tetang
cara terbaik mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan perbuatan dan
penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih
mengfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubugan dan kesempatan
untuk meregulasi diri. Tren terbaru saat ini dalam pengelolaan kelas
menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa kearah disiplin diri
dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Menurut
sejarah manajemen kelas, guru dianggap sebagai pemimpin. Namun, dalam tren saat
ini yang berpusat pada siswa, guru dianggap sebagai pembimbing, koordinator,
dan fasilitator (Kaufman dalam John, 2009)[4].
3.
Memusatkan perhatian pada tingkah laku
positif
Anak-anak maupun dewasa mengalami kesulitan
dalam memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara berlebihan. Kendati
demikian, saat mereka berhasil memusatkan perhatian pada suatu hal, maka
perhatian itu denga segera buyar kembali. Selain itu, gangguan pemusatan
perhatian seriing ditandai dengan sikap selalu menyendiri, pendiam dan tidak
menimbulkan keributan. Para penderitan semacam ini mungkin bias terus naik
kelas tanpa perlu mendapatkan bimbingan khusus.
Menurut Derek (2007)[5], jika mengamati keseluruhan penderita ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) pada diri anak-anak, sebagian besar diderita
anak laki-laki gangguan sering diikuti dengan sikap hiperaktif. Gejala yang
ditimbulkan hal semacam ini berupa misalnya gemar berperilaku sesuka hati,
berlari-larian di jalan raya, melompat-lompat di atas sofa hingga hampir
pingsan kehausan, tidak sanggup duduk tenang, berteriak-teriak dan memotong
pembicaraan.
Dalam diri orang dewasa, tindakan
hiperaktif sering tampak dalam wujud kegugupan
dan kegelisahan. Namun , masalah yang berkaitan dengan perhatian dan
konsentrasi ini, terus berlanjut hingga mereka dewasa. Di tempat kerja, orang
dewasa penderita ADHD sering mengalami yang berkaitan dengan penyusunan tugas
dan penyelesaian pekerjaan. Mereka seolah-olah tidak mendengarkan atau tidak
bersedika menikuti pengarahan. Pekerjaan mereka terlihat kacau dan
terbengkalai.
Kesulitan dalam memusatkan perhatian, baik yang disertai dengan sikap
hiperaktif ataupun tidak, dianggap sebagai kesulitan belajar. Kendati demikian,
kesulitan dalam memusatkan perhatian dapat mempengaruhi performa akademis
seseorang secara serius, dimana gangguan ini kerap menyertai kelemahan dalam
kemampuan akademis.
4.
Strategi meningkatkan waktu belajar
akademis
Menurut
Weinstein dalam John (2009)[6],
strategi untuk meningkatkan waktu belajar akademis meliputi mempertahankan alur
aktivitas, meminimalisir waktu transisi, dan membuat siswa-siwa bertanggung
jawab.
a.
Mempertahankan alur aktivitas.
Dalam analisis kelas, perlu mempelajari kemampuan guru
untuk mengawali dan mempertahankanalur aktivitas, kemudian mencari hubungan
antara alur aktivitas dengan keterlibatan dan perilaku buruk siswa. Beberapa
pengelolaan kelas yang tidak efektif memgakhiri sebuah aktivitas. Pengelolaan
yang tidak efektif lainnya terganggu oleh peristiwa kecil yang tidak
membutuhkan perhatianketika melakukan aktivitas.
b.
Meminimalisir waktu transisi.
Dalam transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lain,
ada lebih banyak ruang untuk munculnya perilaku yang mengganggu. Guru bias
mengurangi potensi gangguan ketika transisi berlangsung dengan mempersiapkan
siswa terhadap transisi yang akan terjadi, menetapkan rutinitas transisi, dan
dengan jelas mendefinisikan batas-batas pelajaran.
c.
Membuat siswa-siswa bertanggungg jawab.
Apabila siswa tahu mereka akan diminta untuk
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, kemungkinan besar mereka akan
memanfaatkan waktu di kelas dengan baik. Komunikasi yang jelas mengenai tugas
persyaratan dan persyaratan, mendorong siswa untuk bertanggung jawab. Jelaskan
kepada siswa apa yang akan mereka lakukan dan mengapa, berapa lama mereka akan
melakukan aktivitas itu, cara mendapatkan bantuan bila mereka membutuhkannya,
dan apa yang harus mereka lakukan ketika mereka selesai.
5.
Peraturan dan tingkah laku di dalam kelas
Berikut ini kita analisis beberapa jenis
alat pendidikan (Uyoh, 2010)[7],
seperti pembiasaan, pengawasan, perintah, larangan dan hukuman:
a.
Pembiasaan
Anak dapat mentaati peraturan-peraturan dengan jalan
membiasakan perbuatan-perbuatan baik, dirumah dalam lingkungan keluarga, maupun
di lingkungan sekolah. Pembiasaan yang baikpenting bagi pembentukan watak anak,
dan akan berpengaruh bagi perkembangan anak selanjutnya. Menanamkan pada diri
anak memang tidak mudah, dan memerlukan waktu lama dan menuntut kesabaran
pendidik.
b.
Pengawasan
Pengawasan harus sesuai dengan taraf usia anak yang
masih kecil tentu membutuhkan pengawasan. Makin besar anak maka pengawasan
semakin berkurang, yang pada akhirnya kalua anak sudah dewasa maka ia akan
mengawasi dirinya sendiri.
c.
Perintah
Suatu perintah akan ditaati anak, apabila pendidik
(orang tua dirumah, guru di sekolah) itu sendiri tindakannya tidak bertentangan
dengan apa yang diperintahkannya. Jadi pendidik harus terlebih dahulu
memerapkan aturan-aturan yang diperintahkan kepada anak didiknya.
d.
Larangan
Larangan harus diberikan dengan singkat, jelas
dimengerti isi dan maksud larangan tersebut. Jangan terlalu sering menggunakan
larangan. Dan bagi anak kecil, larangan dapat dialihkan kepada suatu yang lain,
yang menarik perhatian dan minat anak.
e.
Hukuman
Hukuman merupakan suatu yang wajar apabila penderitaan
yang menyertainya memberikan pengaruh positif bagi perkembangan moral anak,
keinsafan terhadap moralitas dan kerelaannya untuk berbuat sesuai dengan
moralitas tersebut.
6.
Program khusus untuk pengelolaan kelas
a.
Prosedur Pengelolaan Kelas
Dalam
pengelolaan kelas harus dilaksanakan dengan prosedur tertentu, yang mana
prosedur ini merupakan langkah yang dilalui guru dalam kegiatan belajar
mengajar, paling tidak akan mengarahkan proses pengelolaan kelas yang lebih
terarah dan teratur. Untuk itu terdapat dua prosedur pengelolaan kelas, yaitu
prosedur bersifat Preventif (pencegahan), dan prosedur yang bersifat Kuratif
(penyembuhan) (Ainatul, 2014)[8].
1)
Prosedur Preventif (pencegahan)
Merupakan
mencegah suatu tindakan sebelum adanya penyimpangan khususnya didalam kelas
agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Menurut Ainatul (2014)[9] prosedurnya
antara lain:
a)
Peningkatan kesadaran diri sebagai guru,
sehingga guru dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang
merupakan modal dasar dalam melaksanakan tugasnya.
b)
Peningkatan kesadaran pada siswa, sehingga
siswa dapat meningkatkan kesadaran serta dapat menghindarkan diri peserta didik
dari sikap yang tidak terpuji, seperti sikap malas, sikap mudah putus asa,
mudah ,marah, mudah kecewa, mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan
sebagainya. Selain itu, guru juga sebaiknya memperhatikan kebutuhan, keinginan
dan memberikan dorongan pada siswanya, menciptakan suasana saling pengertian,
saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan siswa.
c)
Sikap polos dan tulus dari guru, sehingga
guru dapat mempengaruhi lingkungan belajar siswa. Karena tingkah laku, cara
menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh para
siswa.
d)
Mengenal dan menemukan alternatif
pengelolaan. Sebaiknya guru dapat mengidentifikasi tingkah laku siswa yang
menyimpang baik bersifat individual maupun kelompok, atau bahkan penyimpangan
yang disengaja. Dan juga guru sebaiknya belajar dari berbagai pengalaman
guru-guru lainnya yang gagal ataupu yang
berhasil, untuk mencari alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai
persoalan pengelolaan kelas.
e)
Menciptakan kontrak sosial. Yaitu sebuah
daftar aturan atau kontrak, tata tertib beserta sanksinya yang mengatur
kehidupan di kelas yang mana harus disetujui oleh guru dan siswa.
2)
Prosedur Kuratif (Penyembuhan)
Merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur
terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-Iarut dan mengembalikannya
dalam kondisi yang mengunt ungkan bagi
berlangsungnya proses belajar.
Adapun
langkah-langkahnya Kuratif, Anatul (2014)[10]
menjelaskan sebagai berikut:
a)
Mengidentifikasi masalah, gunanya untuk
mengenal dan mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas.
b)
Menganalisis masalah, guru menganalisis
penyimpangan siswa dan menyimpulkanlatar belakang dan sumber-sumber dari
penyimpangan, selanjutnya menentukan alternatif penanggulangannya.
c)
Menilai alternatif pemecahaan, guru menilai
alternatif pemecahan yang sesuai, kemudian memilih alternatif pemecahan yang
dianggap sudah tepat serta melaksanakannya.
d)
Mendapatkan balikan, guru melakukan kilas
balik agar alternatif pemecahan yang
dipilih tadi sesuai target yang sudah direncanakan. Dengan cara guru membentuk
pertemuan dengan peserta didiknya untuk perbaikan dan kepentingan siswa dan
sekolah, semata-mata untuk kepentingan bersama.
e)
prosedur kelas harus dimonitor dengan baik.
Guru juga harus berespons kepada hampir setiap penyimpangan peraturan atau
prosedur. Ketika guru mengumumkan bahwa kelas atas siswa individu tidak benar
mengikuti prosedur, pendekatan terbaik adalah untuk meminta siwa menetapkan
prosedur yang benar dan kemudian mempraktikkannya.
b.
Teknik pengelolaan kelas
Azhar (2002)[11]
mendeskripsikan bahwa teknik mengelola kelas adalah teknik dalam menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses
belajar-mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai teknik ini agar
dapat :
1)
Mendorong siswa mengembangkan tanggung
jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku sesuai dengan tata tertib
serta aktifitas yang sedang berlangsung
2)
Menyadari kebutuhan siswa serta
3)
Memberikan respon tang efektif terhadap
perilaku siswa.
Adapun
tehnik-tehniknya sebagai berikut:
1)
Tehnik mendekati. Bila seorang siswa mulai
bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya.
2)
Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa
berbuat kenakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi
isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian
tangan.
3)
Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu
kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara
humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan
peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4)
Teknik tidak mengacuhkan. Untuk
menerapkan cara ini guru harus lues dan
tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus
tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di
perhatikan.
5)
Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru
sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil;
siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka
cenderung untuk tidak menggubrisnya.
Dalam
pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan: pengorganisasian kelas, melakukan
kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan
pembelajarannya.
1)
Pengorganisasian kelas, antara lain:
a)
Mengatur tempat duduk, sehingga memudahkan
siswa memandang ataupun berpindah.
b)
Membuat jadwal harian dan mendiskusikannya.
c)
Siswa diberi janji sampai guru memaparkan
secara jelas kegiatan yang akan datang.
d)
Mendorong siswa untuk bertanggung jawab
dalam belajar untuk tidak mengerjakan tugas-tugas siswa lainnya.
e)
Menetapkan kegiatan rutin untuk
mengumpulkan pekerjaan rumah
f)
Melakukan kompetisi kelompok untung
merangsang transisi yang lebih banyak lagi.
2)
Kegiatan komunikasi
Dalam
kegiatan komunikasi ini dapat berupa Sending skills, keterampilan-keterampilan
yang disampaikan kepada siswa, seperti: melakukan perjanjian dengan segera,
berbicara langsung dengan siswa, berbicara dengan santun. Dan juga dapat berupa
Receiving skills, bentuk keterampilan yang diterimakan kepada siswa yang terdiri
dari tidak menilai apa yang didengar tetapi bersifat empatik, agar membuat
pendengar jelas upayakan aktif dan reflektif dalam mendengar, lakukan tatap
muka dan selalu memperhatikan informasi nonverbal, sarankan kepemimpinan yang
kuat dengan menggunakan gesture, ekspresi wajah dan gerakan badan.
3)
Kegiatan monitoring
a)
Tangani secara tenang dan cepat apabila
terdapat perilaku siswa yang mengganggu di kelas.
b)
Ingatkan kembali kepada siswa tentang
prosedur dan aturan kelas.
c)
Ciptakan agar siswa patuh terhadap prosedur
dan aturan kelas.
d)
Berikan penjelasan terhadap siswa bahwa
akibat gangguan tersebut akan mendapatkan konsekuensi khusus.
e)
Lakukan konsekuensi untuk kelainan perilaku
siswa secara konsisten.
f)
Adakalanya terdapat satu atau dua siswa
yang mengganggu kelas, upayakan siswa lainnya tetap fokus terhadap tugas.
Dalam
menyampaikan pembelajaran, guru biasanya melibatkan siswa dalam menilai
pekerjaannya maupun kegiatan pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan
waktu untuk berpikir sebelum disuruh menjawab, serta memberikan semangat,
ciptakan antisipasi dan lakukan berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan
motivasi siswa.
7.
Penyusunan Ruang Kelas Standar
Menurut Renne dalam John (2009)[12]
penyusunan ruang standar sebagai berikut:
Pada gambar
1 menunjukkan sejumlah gaya penyusunan kelas Auditorium, off-set,
seminar dan kelompok. Dalam gaya auditorium yang tradisional, semua siswa duduk
menghadap guru (lihat gambar 1.A). Susunan ini mencegah kontak siswa secara
behadap-hadapan dan guru bebas bergerak ke mana pun di dalam ruangan. Gaya
Auditorium sering digunakan ketika guru memberi kuliah atau seorang mengadakan
presentasi untuk seluruh kelas.
Gambar 1. Variasi susunan tempat duduk
kelas
Dalam gaya
berhadap-hadapan, siswa duduk menghadap satu sama lain (lihat gambar 1.B).
gangguan dari siswa lain lebih tinggi dalam susunan inidari pada gaya
auditorium.
Dalam gaya off-set,
siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk disekitar meja,
tetapi tidak duduk sembarangan secara langsung dari satu sama lain (lihat
gambar 1.C). Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan dari pada gaya
berhadap-hadapan dan bias efektif untuk belajar yang kooperatif.
Dalam gaya
seminar, siswa dalam jumlah besar(sepuluh atau lebih)duduk dalam susunan
sirkuler, segi empat atau berbentuk U (lihat gambar 1.D). Ini sangat efektif
jika menginginkan para siswa untuk berbicara satu sama lain atau berbincang
dengan guru.
Dalam gaya
kelompok, siswa dalam jumlah kecil(biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam
kelompok kecil yang berdekatan (lihat gambar 1.E). Susunan inisangat efektif
untuk aktivitas belajar yang kolaboratif.
B. Analisa
Masalah
Variasi susunan
tempat duduk kelas, sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
susunan tersebut interaksi siswa satu dengan siswa yang lain, atau siswa dengan
guru dapat terjalin dengan baik sesuai dengan indikator yang ingin
dicapaiannya. Pengaturan waktu pencapaiannya pun lebih maksimal.
Berbeda halnya
ketika variasi susunan tempat duduk kelas tidak sesuai dengan indikator yang
dibutuhkan. Selain pencapaiannya tidak maksimal juga akan menguras waktu
lebih banyak.
Beberapa
kelas masih mempertahankan variasi susunan tempat duduk kelas yang tidak sesuai
tersebut. Hal itu dikarenakan beberapa faktor antara lain:
1.
Ruang kelas yang digunakan terbatas.
2.
Fasilitas kelas yang kurang memadai,
misalnya kurang bangku.
3.
Siswa berkebutuhan khusus tidak
memungkinkan melakukan variasi susunan tempat duduk kelas.
4.
Sifat kurang peduli untuk mengatur susunan
tempat duduk kelas.
Dari ke
empat masalah tersebut di atas, poin ke empat paling sering terjadi di
lingkungan kelas. Kurangnya pemahaman akan manfaatnya menjadi kendala utama hal
tersebut.
Selain hal
tersebut di atas, permasalahan yang terjadi terkait pengelolaan kelas ialah
kedisiplinan. Banyak diantara pelajar maupun pengajar mengabaikan pentingnya
kedisiplinan. Padahal dengan kedisiplinan dapat membantu pencapaian indikator
secara maksimal menurut alokasi waktu yang telah ditentukan.
================================================================
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Guru
memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan
pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar
pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan
secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum
pengajaran dilaksanakan.
Keberhasilan
guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan tentang
kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawasan tentang materi yang
akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat
manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas yang menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pengelolaan
kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas.
Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan
suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.
B. Saran / Rekomendasi
Pengelolaan
kelas sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan baik
metode pembelajaran, kedisiplinan dalam alokasi waktu dan variasi susunan
tempat duduk kelas. Hal ini sangat penting untuk pencapaian indikator
pembelajaran secara maksimal, efektif dan efisien
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad dalam Mts. An-Nur. 2013. Pentingnya Pengelolaan
Kelas dalam Pembelajaran. dalam http://mtsannurtempo.blogspot.co.id/2013/06/pentingnya-pengelolaan-kelas-dalam_30.html
Ainantul Mahbubah. 2014. Prosedur dan Teknik
Pengelolaan Kelas. dalam http://ainiatul93.blogspot.co.id/2014/06/prosedur-dan-teknik-pengelolaan-kelas.html
Arsyad Azhar M.A. Dr. Prof. 2002. Media
Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Derek Wood, dkk. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan
Belajar. Yogyakarta: Kata Hati.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah
Orientasi Baru. Jambi, Gaung Persada.
John W. Santrock. 2009. Educational Psychology
dalam terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.
Uyoh Sadulloh, dkk. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik).
Bandung: Alfabeta.
[1] Iskandar, “Psikologi pendidikan
sebuah orientasi baru”, (Jambi, GaungPersada: 2009) hlm.210.
[2] Ahmad (1995) dalam Mts. An-Nur, “Pentingnya
Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran”, dalam http://mtsannurtempo.blogspot.co.id/2013/06/pentingnya-pengelolaan-kelas-dalam_30.html
[3] John W. Santrock, “Educational
Psychology” dalam terjemahan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm 251.
[4] Ibid.
[5] Derek Wood, dkk., “Kiat Mengatasi
Gangguan Belajar”, (Yogyakarta: Kata Hati, 2007), hlm.75
[6] John W. Santrock, “Educational Psychology”
dalam terjemahan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm 256.
[7] Uyoh Sadulloh, dkk, “Pedagogik
(Ilmu Mendidik)”, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.120
[8] Ainatul, “Prosedur Teknik Pengelolaan
Kelas” dalam http://ainiatul93.blogspot.co.id/2014/06/prosedur-dan-teknik-pengelolaan-kelas.html diakses 21 Februari 2016
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Azhar Arsyad, “Media Pembelajaran”
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), hlm. 29.
[12] John W. Santrock, “Educational
Psychology” dalam terjemahan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm 261.